Pages

Minggu, 01 Mei 2011

KIAT SUKSES BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI : Upaya Peningkatan Motivasi dan Penerapan Metode Belajar yang Efektif Oleh : Dr. Pudji Muljono (Dosen IPB Bogor)

Pendahuluan
Seorang mahasiswa yang mulai melangkahkan kakinya masuk ruang kuliah, biasanya
disertai dengan semangat belajar yang tinggi. Ia mempunyai cita-cita ingin berhasil dengan gemilang
dan dapat menyelesaikan studinya dengan cepat. Ia merasa berbahagia karena cita-cita menjadi
mahasiswa telah tercapai. Tetapi setelah beberapa waktu mengikuti kuliah dengan tekun, maka
mulailah terasa bahwa belajar di perguruan tinggi bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak
kegagalan-kegagalan yang dialaminya, sehingga akhirnya banyak mahasiswa yang gagal di tengah
jalan. Tidak mampu melanjutkan studinya. Cita-citanya menjadi sarjana tidak tercapai. Oleh karena
itu, apakah sebenarnya yang menyebabkan kegagalan-kegagalan ini? Banyak faktor yang
menyebabkannya, salah satu di antaranya adalah kurangnya motivasi belajar dan kurang dipahaminya
metode atau strategi mahasiswa dalam belajar di perguruan tinggi.
Belajar di perguruan tinggi adalah suatu pekerjaan yang berat, dan belajar di perguruan tinggi
sangat berbeda dengan belajar di sekolah menengah. Tanggung jawab belajar hampir seluruhnya
dipercayakan pada para mahasiswa. Pengajar atau dosen hanya memberikan dasar-dasar
pengetahuan saja. Oleh karena itu, pada mahasiswa dituntut adanya sikap dan perilaku yang benar
dalam belajar. Salah satu hal yang penting ketika belajar di perguruan tinggi adalah perlu adanya
motivasi yang tinggi pada diri mahasiswa untuk belajar.
Belajar di perguruan tinggi merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan,
pemahaman tentang suatu hal, atau penguasaan kecakapan dalam suatu hal atau bidang hidup
tertentu lewat usaha, pengajaran atau pengalaman. Hasil belajar adalah perubahan pandangan, cara
berpikir, berperasaan, berkehendak cara kerja, dan keseluruhan perilaku hidup. Belajar merupakan
salah satu kegiatan penting dalam usaha pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Kegiatan belajar
juga merupakan sebagai bentuk aktivitas mahasiswa berdasarkan keinginannya sendiri, sehingga
pengetahuan tentang belajar lebih banyak dilandasi oleh karena adanya motivasi diri dalam menuntut
ilmu atau belajar, karena motivasi berperan sangat penting dalam membangun prestasi dalam belajar.
Motivasi tiap orang untuk belajar di perguruan tinggi berbeda-beda. Motivasi sudah ada pada saat
seseorang akan melakukan sesuatu, namun banyak yang tidak menyadarinya. Oleh karena itu, perlu
kita mengetahui apa sebenarnya motivasi belajar yang ada pada diri kita sendiri serta metode dalam
belajar yang harus kita terapkan.
Mahasiswa belajar di perguruan tinggi karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan
mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat
tergolong rendah atau tinggi. Para ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa kekuatan mental
yang mendorong terjadinya belajar disebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan
mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar ( Koeswara, 1989). Sementara itu, metode adalah
berupa urutan langkah-langkah dan tahap-tahap tindakan untuk melaksanakan atau mengerjakan
sesuatu secara efisien,lancar, dan efektif, mendatangkan hasil yang diharapkan, sehingga metode
belajar adalah cara-cara untuk memahami, menguasai, menyerap, mengingat informasi, pengetahuan,
dan menguasai kecakapan baik secara dalam arti efisien maupun efektif. Metode belajar yang baik
dapat membantu orang belajar secara poduktif; dimana informasi, pengetahuan dan kecakapan
dikembangkan dan dimanfaatkan untuk hidup bagi kerja pribadi dan kesejahteraan orang lain.
2
Apa itu Motivasi Belajar ?
Kata motif atau dalam bahasa Inggris “motive” berasal dari kata “motion” yang bersumber
pada perkataan bahasa latin “movere” yang berarti bergerak. Motif adalah daya gerak yang mencakup
dorongan, alasan, dan kemauan yang timbul dari dalam seseorang yang menyebabkan berbuat
sesuatu (Efendy, 1981). Menurut Kartono (1995), motif merupakan dorongan yang mendasari dan
mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan pada kata dasarnya yaitu motif, motivasi yang ada pada diri seseorang
merupakan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu guna mencapai tujuan. Dalam hal belajar hendaknya mahasiswa mempunyai motif belajar
yang kuat. Hal ini akan memperbesar kegiatan dan usahanya untuk mencapai prestasi yang tinggi.
Bila motif tersebut makin berkurang, maka berkurang pulalah usaha dan kegiatan serta
kemungkinannya untuk mencapai prestasi yang tinggi. Motif yang mendorong orang, pelajar dan
mahasiswa untuk belajar antara lain :
1. Mendapat nilai baik dan lulus dalam mata kuliah yang ditempuhnya.
2. Mencari pemuasan keinginan tahu tentang sesuatu hal, peristiwa, orang, masyarakat dan hal-hal
yang tersangkut dalam hidup pribadi dan kemasyarakatan.
3. Mengembangkan diri agar wawasan bertambah luas, pengetahuan bertambah melebar dan
mendalam, kepribadian lebih matang, kecakapan dan keahlian beranjak mahir.
4. Mendapatkan status sebagai orang terpelajar dan serjana karena ijazah dan gelar akademik atau
sebutan profesional, dan penghargaan dan kedudukan karena prestasi belajar itu.
5. Mendapatkan bekal pengetahuan dan kecakapan untuk masuk ke masyarakat dan dunia kerja.
6. Mengejar cita-cita, yaitu menggunakan kegiatan belajar di perguruan tinggi dalam rangka
mencapai cita-cita hidup.
Dari pengertian motivasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang itu akan
tergantung pada kuat lemahnya motif, yang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan dorongan ataupun
gerak hati dalam diri seseorang.
Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Ketiadaan atau kekurangan motivasi belajar membuat kita malas dan enggan untuk belajar,
jemu dan ogah-ogahan dalam belajar, apatis terhadap bahan pelajaran, berat menghadiri kuliah, acuh
tak acuh dalam membuat catatan kuliah, tak berminat membaca diktat atau buku teks wajib dan
pengayaan. Orang yang termotivasi belajar, berminat terhadap bahan belajar, bergairah dalam belajar
dan melaksanakan tugas-tugas studi, dan membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat lewat
penyusunan jadwal belajar dan melaksanakan dengan tekun. Oleh karena itu, motivasi belajar itu
sangat penting untuk mahasiswa.
Pentingnya motivasi belajar bagi mahasiswa adalah sebagai berikut :
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja secara
berkesinambungan.
Mengembangkan Motivasi Belajar
Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa
paedagogis dosen, guru atau pendidik lainnya. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar,
pelaksanaan belajar-mengajar, maka dosen atau pendidik menguatkan motivasi belajar
mahasiswanya. Sebaliknya, dilihat dari segi emansipasi kemandirian mahasiswa, motivasi belajar
semakin meningkat pada tercapainya hasil belajar. Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang
mengalami perkembangan, artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis
mahasiswa. Sebagai contohnya adalah keinginan anak untuk membaca majalah misalnya,
terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata. Keberhasilan mengucap kata dari
simbol pada huruf-huruf mendorong keinginan menyelesaikan tugas baca.

bersambung.....

Kamis, 21 April 2011

"If" sentences

english-at-home.com

There are four main types of if sentences in English, often called conditional sentences.
These sentences are in two halves, with the if part in one half and the other part where you can use words such ascanwillmaymightcould and would.

If + present form + present form

"If you heat ice, it melts."
In this type of sentence, you could use when instead of if. It's always true that when you heat ice it melts. This is why this type of sentence is sometimes called a zero conditional.

If + present form, + will, can or may

"If I am late, I will call you."
"If you need me, you can call me at home."
"If it gets any hotter, we may have a thunder storm."
In these sentences (or first conditional sentences), there is a strong possibility that the first part (coming after if) is going to happen. The second part says what will happen as a result.

If + past form + would, could or might

"If I got a pay rise, I would buy a new car."
"If you left your job, you could travel around the world."
"If you were nicer to him, he might lend you the money."
In these sentences, the first part with if shows that the event is unlikely to happen. In English, we often use this type of sentence (called a second conditional) to talk about hypotheses, or imaginary future events.
For example, "If I was President of the United States, I would change some laws." But I know that I'll never be the President of the USA – I'm just saying what I would do if I was in his/her position. Note: in American English, it is correct to use "if I were…" In British English, it's more common to say "if I was…"

If + past perfect + would/might/could have done

"If I had revised, I would have passed my exams."
"If we had gone out earlier, we might have got to the cinema on time."
"If you had told me there was a problem, I could have helped."
In these sentences (or third conditional sentences), the first part of the sentence with if didn't happen. So there is no possibility of the second part of the sentence happening. I didn't revise, so I didn't pass my exams and there is nothing I can do about it now. English speakers use this type of sentence to show how things could have been different.

Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Prenatal

BAB 1
PENDAHULUAN
A.                 Latar Belakang
Banyak hal yang yang patut diketahui dari dunia anak, termasuk psikologi perkembangan anak itu sendiri. Perkembangan ini terintegrasi dalam beberapa fase, yang kesemuanya berkaitan pula dengan proses pertumbuhan seorang anak. Sebagaimana yang telah kita ketahui, antara suatu fase dengan fase yang lain berhubungan dengan sangat erat, dan fase yang berada sebelum fase yang lain akan memiliki pengaruh, besar maupun kecil, terhadap fase yang ada setelahnya. melalui pemahaman akan hal ini, dapat kita tangkap pernyataan tersirat akan pentingnya memahami rangkaian karakteristik tiap fase perkembangan dan menyediakan sarana guna mengoptimalkan keadaannya, yang mana sarana tersebut dapat diadakan di rumah, sekolah, atau lingkungannya.
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2004) membagi perkembangan manusia ke dalam sembilan tahap, yakni: masa prenatal, bayi dibawah tiga tahun (toddler), anak-anak awal (early childhood), anak-anak tengah (middle childhood), anak-anak akhir (late childhood), remaja (adolescence), dewasa muda (young adulthood), dewasa tengah (middle adulthood), dan dewasa akhir (late adulthood).
Tahapan perkembangan yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah tahapan perkembangan masa prenatal, yaitu tahap perkembangan sebelum kelahiran sewaktu manusia berada didalam kandungan ibu. Masa prenatal ditandai dengan pembentukan sistem jaringan dan struktur organ-organ fisik. Proses pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak terjadinya konsepsi, yakni pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur yang akan menjadi calon manusia dan berkahir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya.
                                                                                                                  
B.                 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan sebagai salah satu sarana penyedia atau pelengkap informasi mengenai perkembangan individu pada periode prenatal.


























BAB II
PEMBAHASAN
A.                 Masa Prenatal sebagai Masa Konsepsi
Perlu diketahui bahwa pada masa-masa awal penelitian ilmiah tentang perkembangan anak yang dilakukan oleh para ahli psikologi Barat, perkembangan individu pada masa prenatal ini kurang mendapatkan perhatian bahkan cenderung diabaikan. Berkaitan dengan masa awal ini, penelitian-penelitan yang dilakukan oleh sebagian ahli psikologi cenderung dimulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode pralahir. Barulah pada pertengahan tahun 1970 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal. Bahkan belakangan ini penelitian ilmiah telah menunjukkan fakta bahwa terdapat sejumlah pola perkembangan penting yang terjadi pada periode prenatal. Prenatal ini bukan sekedar periode khusus dalam rentang hidup manusia, tetapi ia merupakan periode yang sangat menentukan (Huclock, 1980).
Jauh sebelum adanya perhatian dan pengakuan dari kalangan psikolog barat terhadap perkembangan individu pada masa prenatal ini, para psikolog timur telah lebih dulu menempatkan masa prenatal ini sebagai periode awal perkembangan individu. Dewasa ini para ahli psikologi perkembangan menyakini bahwa kehidupan manusia berawal dari sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Pada saat itu sel sperma laki-laki bergabung dengan sel telur wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel yang telah terbuahi yang di sebut zigot.
Dengan demikian dapat di pahami bahwa sel-sel sperma pria dan sel-sel telur (ovum) wanita pada dasarya memiliki daya hidup atau energi kehidupan yang di sebut hayat. Karena adanya daya tahan hidup ini pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat menjadi individu baru.
Semua ini memperkuat anggapan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia di mulai dari masa prenatal yakni sejak terjadinya pembuahan sl telur (ovum) wanita oleh oleh sel sperma laki-laki dan bentuknya zigot.
Periode prenatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia. Periode pranatal dapat diartikan sebagai masa konsepsi atau masa pertumbuhan. Masa ini terangkai mulai dari masa pembuahan sampai dengan masa pertumbuhan. Periode prenatal ini ditandai dengan konsepsi (bertemunya ovum dengan sperma) dan diakhiri dengan kelahiran. Permulaan proses kehidupan dalam prenatal dimulai dengan bersatunya sel kelamin pria (spermatozoon, kalau banyak disebut spermatozoa) dengan sel kelamin perempuan (telur atau ovum, kalau banyak disebut ova). Hasil persatuan dua sel kelamin tersebut disebut zigot, mempunyai 23 pasang kromoson (pembawa sifat keturunan) yang berasal dari spermatozoon 23 kromoson, dan dari ovum juga 23 kromoson. Lamanya masa ini adalah kurang lebih 280 hari atau 9 bulan kalender ditambah sepuluh hari. Kadang-kadang lamanya masa ini dihitung dalam lunar months, atau bulan lunar maka dikatakan bahwa lamanya masa ini adalah 10 bulan lunar, Karena setiap bulan lunar lamanya 28 hari. Selama masa prenatal ini individu tidak hanya mengalami perkembangan fisik melainkan sekaligus mengalami perkembangan psikologis.
Masa prenatal ini dapat dikatakan relatif pendek, namun memiliki peran yang amat penting, sebab:
1. Pada masa ini ditetapkan segala sesuatu yang didapatkan dari warisan yang menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
2. Keadaan-keadaan yang menguntungkan di dalam badan ibu dapat memelihara perkembangan dari potensi-potensi yang di dapatkan dari pewarisan, Sedangkan keadaan yang kurang baik dapat menghambat ataupn merubah pola perkembangan yang akan datang.
3. Apabila dibandingkan dengan keadaan di dalam periode-periode perkembangan yang lain. Maka di dalam masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang lebih banyak dibandingkan dengan periode-periode perkembangan lain diseluruh kehidupan manusia.
4. Waktu ini adalah waktu dimana orang-orang yang berarti bagi sang anak menentukan sikapnya kepadanya. Artinya, masa adalah saat dimana orang tua menentukan sikapnya terhadap bayi yang akan datang. Sikap-sikap ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap cara mereka akan menghadapi dia terutama dalam tahun pertama dalam kehidupannya dan cara tersebut sangat mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

B.              Ciri Perkembangan pada Masa Prenatal
Adapun ciri-ciri periode pranatal antara lain:
1.   Sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin individu sudah ditentukan sejak konsepsi, dan berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya.
2.   Baik buruknya perkembangan sifat bawaan, tergantung kondisi ibu yang mengandung.
3.   Banyak bahaya, baik fisik maupun psikis yang dapat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya.
4.   Terjadi perkembangan yang cepat dibanding periode yang lain.
5.   Periode dimana orang tua (significant persons) akan menentukan sikap terhadap anak yang akan lahir_dan menentukan pola asuh terutama pada awal kehidupan.

C.                  Tugas Perkembangan pada Masa Prenatal
Tugas perkembangan adalah sesuatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang.
1.      Teori dorongan (motivasi) dikemukakan Morgan, bahwa segenap tingkah laku distimulir dari dalam. Bahwa motivasi adalah merupakan dorongan keinginan sekaligus sebagai sumberdaya penggerak melakukan sesuatu yang berasal dari dalam dirinya.
2.      Teori dinamisme mengatakan bahwa di dalam organisme yang hidup itu selalu ada usaha yang positif ia akan selalu mencari pengalaman-pengalaman baru.
3.      Kartono berpendapat bahwa ekstensi anak dipastikan oleh adanya : a) Segenap kualitas hereditas; b) Pengalaman masa lampau dan masa sekarang, dalam suatu lingkungan sosial tertentu dan sebagai produk proses belajar secara kontinyu.
4.      Havighurst (1953). Mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Secara garis besar Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan dengan norma-norma sosial serta norma-norma kebudayaan.Tugas-tugas perkembangan dituntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima nak, serta norma-norma sosial budaya yang ada.
Tugas perkembangan pada masa prenatal, secara eksplisit, Hurlock (1978) menyatakannya sebagai masa dalam kandungan, termasuk di dalamnya masa konsepsi. Akan tetapi, Buhler dan Erikson tidak memasukkan masa prenatal ke dalam masa yang memiliki tugas perkembangan. Tugas perkembangan pada periode prenatal dapat dilihat melalui tahap-tahap yang ada di dalamnya. Para ahli membagi pertumbuhan dan perkembangan masa prenatal ke dalam tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Germinal
Tahap germinal (praembrionik) merupakan awal dari kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika sperma melakukan penetrasi terhadap sel telur dalam proses pembuahan yang normalnya terjadi akibat hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini zygote terbentuk, kemudian bergerak ke bawah tubafalopi menuju rahim. Zygote ini merupakan sel tunggal yang kemudian akan mengalami perkembangbiakan menjadi dua sel identik. Sel-sel tersebut terus berkembang menjadi jutaan sel. Proses perkembangan zygote di dalam rahim ini disebut blastosyst. Bagian luar blastosystakan menjadi plasenta, sedangkan bagian dalam akan menjadi embrio.
Pada minggu kedua, placenta mulai terbentuk. Bagian dalam sel memadat dan berkembang menjadi tiga lapisan yang disebut piringan embrionik (embryonic disc), yaitu: (a) ectoderm, lapisan paling luar yang akan berkembang menjadi kulit janin, (b) endoderm, lapisan paling dalam yang bakal menjadi organ-organ internal, seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, pancreas atau organ internal lainnya, (c) mesoderm, lapisan tengah yang berfungsi untuk memisahkan antara kulit dalam, otot-otot, tulang, sistem sirkulasi udara maupun pengeluaran lain (anus).
Zigote yang sudah menjadi calon makhluk hidup mulai menempel pada dinding rahim. Proses menempel atau melekatnya zigot pada dinding rahim setelah masa konsepsi dinamakan implantasi.
b. Tahap Embrio
Tahap embrio dimulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, system dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Masa ini dianggap sebagai masa yang kritis karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang baik. Bila organism memperoleh perawatan intensif, maka ia akan berkembang menjadi individu yang normal, sehat fisik maupun psikis. Sebaliknya bila kurang memperoleh perhatian dengan baik, organism akan berkembang menjadi individu yang abnormal, baik fisik ataupun psikis.
Diantara placenta dan bayi terdapat tiga pembuluh darah mirip tali panjang yang disebut tali pusar. Salah satu pembuluh ini berfungsi untuk mengangkut darah yang berisi sari makanan dan oksigen dari placenta ke bayi, Dua saluran yang lainnya berfungsi untuk melakukan transportasi darah yang berisi karbondioksida dan pembuangan dari bayi ke placenta. Jika kita mengikuti perkembangan embrio, kita akan menemukan setelah empat minggu, proses differensiasi mulai terjadi dimana sekelompok sel di dalam embrio mengubah dirinya menjadi bentuk organ tertentu yang lebih besar.
c. Tahap Janin
Masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Embrio yang berkembang menjadi janin sudah memiliki organ-organ internal (jantung, paru-paru, usus besar dan sebagainya) dan eksternal (tangan, kaki, jari-jari kepala) secara lengkap. Janin makin memanjang dan system organ tubuh berkembang semakin kompleks. Hal ini akan terus berlangsung hingga organisme itu matang dan siap untuk dilahirkan.
Periode Janin (akhir bulan kedua perhitungan menurut bulan sampai lahir)
1.            Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk, baik dalam bentuk/rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi perubahan dalam fungsi. Tidak tampak bentuk-bentuk baru pada saat ini.
2.            Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam cukup berkembang sehingga dapat mulai berfungsi. Denyut jantung janin dapat diketahui sekitar minggu kelima belas.
3.            Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir seperti posisi di dalam tubuh dewasa.
4.            Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya meningkat pesat selama bulan-bulan kedua, ketiga, dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan terus berlangsung atau tidak, bergantung pada kondisi di dalam tubuh ibu, seperti kekurangan gizi yang sebaliknya mempengaruhi perkembangan sel saraf terutama dalam bulan-bulan terakhir periode prenatal.
5.            Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas dan dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan kesembilan di mana gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak janin pada saat janin mengambil posisi kepala di bawah di daerah pinggul dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan macamnya, yaitu menggelinding dan menendang, gerak pendek atau cepat.
6.            Pada akhir bulan ketujuh, janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
7.            Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal yang cukup bulannya.

D.                 Faktor Pendukung Perkembangan pada Masa Prenatal
Para ahli psikologi perkembangan yang membahas mengenai perkembangan manusia selalu mengkaitkan istilah nature dan nurture. Dimana setiap perkembangan manusia dipengaruhi oleh interaksi dari kedua hal tersebut.
Konsep nature muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf, 1999). Ia menyatakan bahwa faktor-faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter. Perkembangan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sifat-sifat maupun kepribadian yang dimiliki oleh orang tua akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan , warna kulit, rambut, jenis penyakit, akan tetapi juga karakteritik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian, kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
Sedangkan konsep nurture dipengaruhi oleh aliran filsafat empirisme yang dikemukakan oleh John Locke. Melalui teori tabula rasa, Locke mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci, bagaikan kertas putih yang masih bersih, ia percaya bahwa baik dan buruknya perkembangan hidup manusia tidak dilepaskan  dari pengaruh lingkungannya. Konsep nurture merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan eksternal, yakni: pola asuh, pendidikan, sosial budaya, media masa, status sosial ekonomi, agama, dan sebagainya. Seorang individu akan berkembang menjadi orang dewasa yang baik, mandiri, cerdas, dan bertanggung jawab, apabila ia berada dalam lingkungan hidup yang mendukung perkembangan tersebut. Lingkungan hidup yang buruk akan menyebabkan individu berkembang menjadi seorang pribadi yang tidak baik, bodoh, jahat, dan sebagainya. Berbagai masalah yang ditemukan pada tahap perkembangan masa prenatal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Genetis
Pertumbuhan setiap indivividu sudah terprogam sejak masa konsepsi yang dipengaruhi oleh faktor genetis. Perubahan panjang, tinggi, berat badan bayi akan terjadi secara otomatis karena pengaruh genetika (keturunan). Faktor keturunan lebih menekankan pada aspek biologis atau herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam kromosom. Faktor genetis cenderung bersifat statis dan merupakan predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Kalau sejak awal orang tua memiliki karakteristik fisiologis yang sehat, maka akan menurunkan generasi yang sehat pula. Sebaiknya bila orang tua tidak sehat, maka keturunanya pun akan mengalami gangguan atau penyimpangan secara fisik atau psikis (Papalia, Old & Fieldman, 1998: 2004).
Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms & Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan nampak pada hal-hal sebagai berikut :
1)   Sifat- sifat Fisik
Sifat-sifat fisik yang dapat diturankan secara genetis misalnya wajah, tangan, kaki atau bagian-bagian organ tubuh lainnya. Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti: tekanan darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.
2)   Intelegensi
Kecerdasan yang dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya. Meskipun anak-anak tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang lain, sifat kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas (Stump, 2000).
3)   Kepribadian
Kepribadian merupakan organisasi dinamis dari aspek fisiologis, kognitif maupun afektifyang membantu pola prilaku individu dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya (Hall, Lindsay & Campbell, 1998). Sebagai organisasi yang dinamis, maka kepribadian akan mempengaruhi perubahan pola pemikiran, sikap, dan perilaku seseorang.
Selain dipengaruhi oleh faktor interaksi dengan lingkingan hidupnya, kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor genetis yang dibawa sejak lahir. Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi perkembangan ditemukan bahwa baik kepribadian yang normal ataupun abnormal, pada dasarnya, diturunkan dari kedua orang tuanya.
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena pengaruh genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar, akan tetapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditaslah yang lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan oleh ingkungan.
b. Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk perkembangan individu.
Seorang psikolog ekologis, Urie Brofenbrenner (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004) menyatakan bahwa lingkungan tersebut bersifat stratifikasi yakni berlapis-lapis dari yang terdekat sampai yang terjauh. Pengaruh lingkungan menjadi lebih kuat pada periode sensitif. Masing-masing pertumbuhan sistem organ atau anggota tubuh memiliki periode sensitif yang rentan terhadap pengaruh lingkungan.
Berbagai faktor eksternal tidak hanya dapat menyebabkan keguguran, namun juga ketidaksempurnaan dari bayi yang dikandung. Penelitian ilmiah menunjukan bahwa faktor eksternal atau lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan pra kelahiran dan juga proses kelahiran. Agen eksternal yang dapat mempengaruhi ini disebut dengan teratogen. Teratogen adalah segala virus, obat-obatan, zat kimia, radiasi, atau agenlingkungan lain yang dapat membahayakan perkembangan embrio atau janin hingga menyebabkan kerusakan fisik, kebutaan, kerusakan otak, dan bahkan kematian. Selain teratogen, kondisi emosional ibu, asupan gizi dan usia ibu juga dapat mempengaruhi kehamilan.
Karena itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi dan membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan tanggung jawab dari calon ayah dan calon ibu untuk bekerja sama menjaga kualitas pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat secara fisiologis maupun psikologis.
c. Interaksionisme antara Genetis dan Lingkungan
Untuk mencari titik temu perbedaan yang mencolok dari dua pandangan diatas, maka para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi. Perpaduan antara faktor genetis dan faktor lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengadalkan salah satu faktor saja. Karena itu, keduanya harus digabungkan untuk mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus ditopang dengan faktor lingkungan dan faktor lingkungan harus memperoleh dukungan faktor genetis, sehingga memungkinkan perkembangan yang baik dan normal baik fisiologis maupun psikologis.
E.                  Masalah yang Timbul dalam Perkembangan pada Masa Prenatal
Setelah menguraikan faktor serta pengaruhnya, secara singkat dapat disimpulkan bahwa masalah yang timbul pada periode prenatal ini, antara lain:
1.     Adanya Masalah fisik
Pada periode embrio membungkinkan terjadinya keguguran dikarenakan ketidakteraturan perkembangan begitu juga prematur, komplikasi pada saat melahirkan disebabkan oleh ketidakteraturan perkembangan. Hal-hal yang berpengaruh pada perkembangan pranatal adalah penyakit dan kondisi sang ibu, usia ibu, asupan gizi yang diperoleh, keadaan dan ketegangan emosional, pengaruh obat-obatan dan alkohol, bahaya lingkungan lainnya ( radiasi, polutan, toxoplasmosis, dll ).
2.     Adanya Masalah Psikologis
Kepercayaan hal-hal tradisional, seperti tentang bagaimana seseorang yang dapat meramalkan jenis kelamin anak yang belum lahir, sehingga dapat mengakibatkan kebencian dan kekecewaan yang terungkap dalam sikap yang kurang menyenangkan terhadap anak jika anak yang dilahirkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tekanan yang dialami ibu, seperti tidak menghendaki kehadiran anaknya.
Sikap-sikap yang kurang menyenangkan di pihak orang-orang yang berarti mengakibatkan efek sikap pada anak. Sikap ibu dapat mempengaruhi bayinya yang belum dilahirkan melalui perubahan endokrin yang dapat terjadi apabila calon ibu menderita tekanan yang berat dan dalam waktu yang lama biasanya diiringi dengan sikap yang kurang menyenangkan. Sebaliknya, sikap – sikap yang menyenangkan akan menimbulkan keseimbangan tubuh yang baik dan hal ini akan menunjang perkembangan yang normal sepanjang periode pranatal. Dan perkembangan kognitifnya sudah dapat belajar dan mengingat sejak masa janin.

3.                 Upaya Mengatasi Masalah
Masa prenatal merupakan masa penting yang harus diperhatikan secara serius. Keteledoran dalam perawatan terhadap bayi dalam kandungan akan membawa dampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangannya di kemudian hari. Setiap kondisi yang tidak baik selama periode kehamilan akan mempengaruhi perkembangan anggota-anggota tubuh dan seluruh pola perkembangan janin.
Adapun hal-hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan pada kehamilan antara lain:
1.      Asupan Nutrisi dan Gizi
Pemenuhan kebutuhan makanan sehat yang mengandung nutrisi, gizi, vitamin, protein, dan mineral selama kehamilan adalah mutlak dan tak dapat ditunda-tunda lagi. Bayi-bayi yang dilahirkan dari orang tua yang memperhatikan masalah ini ternyata membawa pengaruh positif. Ia menjadi bayi yang sehat, cerdas, lincah, dan mudah bergaul. Sebaliknya ibu yang selama hamiltak mau dan tak mampu memenuhi kebutuhannutrisi, ternyata menyebabkan bayi lahir premature, berat kurang dari 2500 gram, mengalami gangguan pernapasan, sulit bergaul dan taraf intelegensinya rendah (Berk, 1991:1993, Hetherington & Parke, 1999).
2.      Perilaku Hidup Sehat
Semasa hamil, seorang wanita hendaknya tak terlibat dalam penggunaan obat-obatan, kecuali dalam keadaan sakit yang memerlukan pengawasan medis dari dokter. Kelalaian dalam memperhatikan kondisi kehamilan yang disebabkan oleh penggunaan narkoba (narkotik dan obat-obat terlarang lainnya) akan membawa dampak negatif bagi bayi yang dilahirkan. Calon ayah juga diharapkan tidak mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang atau merokok agar tidak mempengaruhi kehamilan istrinya. Orang tua yang kecanduan narkoba akan menyebabkan kelahiran bayi prematur, keguguran, kematian bayi, intelegensi rendah, bahkan mengalami retandasi mental (Papalia, Olds & Feldman, 1998)
3.      Konseling Pra Pernikahan
Konseling ini bertujuan untuk memepersiapkan calon pasangan suami-istri yang akan menghadapi berbagai masalah perkawinan, memelihara dan merawat anak, memenuhi kebutuhan ekonomi, dan melakukan komunikasi efektif antara suami istri.
Agar memperoleh keturunan yang sehat dan normal, maka kegiatan atau konseling menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan dilakukan oleh setiap calon pasangan suami istri yang akan menikah.
4.      Konseling Genetik
Konseling genetik yaitu suatu konseling yang dilakukan agar mendapatkan kelahiran anak-anak yang sehat dan normal, serta menghindari kelahiran cacat fisik maupun cacat mental. Konseling sudah dilakukan di negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, Kanada, Australia, dsb. Cara ini mencakup telaah yang luas dan terinci mengenai riwayat kesehatan suami maupun istri untuk menentukan apakah ada, kapan, dan dalam bentuk apa abnormalitas fisik atau mental yang terdapat dalam keluarga mereka. Kalau penelitian riwayat kesehatan menunjukkan atau menyimpulkan bahwa terdapat beberapa abnormalitas genetik dalam keluarga suami atau keluarga istri, atau kalau salah satu anak dalam keluarga mempunyai kondisi yang berasal dari keturunan dan dari pengalaman lingkungan, orang tua diberitahu tentang kemungkinan mempunyai anak cacat dan disarankan untuk menggunakan teknik-teknik keluarga berencana untuk mencegah kehamilan. Kalau kehamilan sudah terjadi, mereka disarankan untuk mempertimbangkan abortus/pengguguran.

DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya